Garbage in garbage out

Prinsip ini pada umumnya dikenal dalam manajemen sistem informasi, dimana kesimpulan yang tepat dalam sebuah business process intelligence akan diperoleh dari input data atau fakta yang akurat. Begitu pula dengan manusia. Otak dan pemikiran manusia akan melahirkan sifat, dan sifat yang kemudian terekspresikan pada perbuatan, perkataan dan tingkah laku kita.



Apabila inputnya tidak baik, sebaik apapun filternya, maka lambat laun otak akan menganggap “biasa”, membuatnya menjadikan sebagai hal yang dapat ditoleransi. Selanjutnya, secara tidak sadar akan menjadi sifat.

Contoh kasusnya adalah tayangan-tayangan televisi yang tidak membumi. Hidup kaya, rumah gedongan, perhiasan dan dandanan menor, mobil, kendaraan mewah, jalan-jalan ke mall, dan berbagai gaya hidup yang ditanamkan melalui sinetron, serta berbagai film pendek serta film lepas di bioskop.

Permisalannya adalah tayangan yang dimaksudkan untuk menyadarkan masyarakat tentang hukuman mengganggu rumah tangga orang lain. Digambarkan seorang ABG yang matre ingin memperoleh kepuasan materi dengan mudah, mendapatkannya dari laki-laki yang sudah menikah. Uang yang sedianya digunakan untuk membiayai keluarganya, habis terpakai untuk mentraktir sang gadis tadi. Apa yang salah dari tayangan yang mungkin bersumber dari banyak kisah nyata serupa? Durasi antara kemungkaran yang dilakukan, dengan taubatnya. Tidak kurang kemungkaran digambarkan selama 25 menit, sementara proses taubatnya dan gambaran saat bertaubatnya hanya ditayangkan selama kurang dari 5 menit.

Tidak imbangnya tayangan yang bertujuan untuk menyadarkan atau dikatakan membawa pesan moral ini tentunya berimbas negatif. Bukankah otak akan terangsang atau terpapar lima kali lebih lama terhadap kemungkaran dibandingkan kebaikan? Lalu, kecenderungan apa yang akan dipilih masyarakat kemudian ? Jangan-jangan kayak iklan di billboard: Karena gampang minta maaf, jadi gampang buat salah..

Belum lagi kalau kita lihat tayangan berita, yang menurut saya lebih cocok diberikan rate dewasa, atau 18+, karena isinya penuh dengan kekerasan. Malah tayangan program kriminal dilakukan pada saat jam makan siang. Lalu, apakah masyarakat tidak jijik melihat darah berceceran, atau rekonstruksi pembunuhan, sembari mereka makan ? Luar biasa dampaknya.

Menurut saya, garbage in garbage out adalah prinsip yang berlaku juga bagi manusia. Dari pada menuding orang lain, untuk itu lebih baik matikan televisi Anda, atau arahkan channelnya ke saluran lain yang lebih bermanfaat.

Gambar: medicine.com.my

Comments

Popular posts from this blog

Nilai gizi pada jagung dan turunannya

Polemik Nata de Coco Berbahan Baku Pupuk Urea

Urun Rembuk Tentang Pengentasan Stunting