Meningkatkan kualitas analitis mahasiswa

Siang ini saya mengikuti sebuah forum ilmiah, presentasi laporan Praktek Kerja Lapang (PKL) mahasiswa di sebuah jurusan di Universitas tempat saya bekerja. Seingat saya, acara ini baru pertama kali diselenggarakan dalam bentuk seminar terbuka. Undangan terdiri dari perwakilan dosen dari jurusan-jurusan yang lain, tenaga pembimbing PKL, dosen, serta rekan-rekan mahasiswa yang mengikuti PKL.

Banyak hal yang menggelitik telinga dan otak saya selama forum ini berlangsung. Diksi (pemilihan kata), cara penyampaian dengan tata bahasa yang baik, dan cara menyajikan presentasi tampaknya merupakan isu umum yang diketahui lemah sejak dahulu. Namun, ternyata dibalik itu, masih ada yang lebih serius untuk dibenahi: masalah kualitas analitis.

Pemasalahan umum

Sebagian besar mahasiswa peserta PKL ini cenderung lepas dari sifat ilmuwan "setia pada fakta", kemudian lebih mengedepankan pendapat-pendapat yang mereka peroleh dari para pekerja/pemilik tempat PKL. Kecenderungan untuk dibrain-wash oleh para pengusaha tersebut cukup tinggi, menjadikan mahasiswa-mahasiswa sebagai suporter bagi produk mereka (mouth to mouth advertisement). Adalah lebih baik, seandainya para mahasiswa mampu men-challenge praktik yang dilakukan di lokasi PKL dengan teori-teori yang banyak terdapat di pustaka.

Permasalahan analitis

Contoh ringan, masalah air minum galon. Dalam upaya pembersihan galon digunakan air bersih-air sabun-air bersih dan sinar UV. Khusus yang terakhir, mengingat bentuk tabung galon air (ukuran 5 gallon) cenderung berlekuk-lekuk serta tidak transparan, maka seharusnya mahasiswa mampu bertanya lebih dalam seputar efektifitas pembersihan galon. Lekukan-lekukan akan menyebabkan penyemprotan air bersih cenderung tidak memadai, dimana bagian-bagian yang dekat dengan lekukan tersebut tidak terbilas dengan air bertekanan yang diasumsikan mampu mengangkat kotoran.

Sinar UV yang digunakan pun harus dikritisi. Apakah sinar tersebut mampu menembus dinding galon, mensterilkan bagian dalam galon? Bagaimana pula dengan bagian-bagian galon di bawah lekukan, apakah terkena sinar UV secara sempurna. Belum kalau bertanya, tiap berapa ribu jam lampu UV tersebut diganti?

Banyak unsur prinsip pengolahan pangan yang patut ditanyakan pada saat praktik kerja lapang. Tentunya, hal-hal ini merupakan show off dari kualitas sang mahasiswa di tingkat praktik.

Beberapa contoh analisis yang dapat disusun terhadap industri ritel sayuran dan buah segar adalah fluktuasi mesin pendingin yang perlu dibuktikan dengan fakta (catatan/record) suhu pendingin. Pada mesin yang bertipe multi-deck, apakah distribusi udara dingin homogen pada setiap dek-nya? Apakah jumlah bahan yang diletakkan sesuai dengan kemampuan (kapasitas) pendinginan mesin?

Permasalahan data dan pengambilan data sepertinya menjadi titik krusial lain. Segala sesuatu yang diteliti, dibuatkan rumusan masalah, dan tujuan praktik-nya seyogianya didukung pula dengan pengumpulan data. Kembali ke kasus galon, angka 40-60 galon rusak seharusnya lebih dipertajam dengan pendataan lebih detail/kategorisasi kerusakan. Sekian unit karena kelalaian pengguna, sekian karena distribusi, dan sekian lainnya karena faktor-faktor yang ditemukan selama PKL. Alangkah baiknya, kuantifikasi tersebut didukung pula dengan pendataan produksi harian, sehingga ditemukan tren produksi dan persentase kerusakan terhadap produksinya.

Pada industri ritel buah-buahan dan sayuran segar, perlu dilakukan persentase jumlah yang dibersihkeringkan (trimming), persentase produk rusak akibat fluktuasi suhu, serta persentase produk tidak terjual untuk setiap jenis produk. Alangkah baiknya, ini diikuti dengan ekspektasi pasar, semisal berapa orang yang ingin mencari produk tertentu.

Sebuah inti permasalahan: mendefinisikan masalah itu sendiri!

Lebih jauh, dari kedua contoh industri di atas, seharusnya mahasiswa-mahasiswa PKL mampu mendefinisikan permasalahan dengan lebih tajam. Sebagai contoh, PKL dengan tujuan untuk membantu industri menentukan titik kritis penanganan (Critical Control Point), analisis proses terhadap standardisasi yang ada. Luaran dari program PKL, sehubungan ini adalah tingkat Sarjana, seharusnya mampu mencapai taraf merekomendasikan peningkatan kualitas/produktivitas/keamanan dari industri-industri pangan yang ditempati. Adapun rekomendasi-rekomendasi tersebut dilakukan atau tidak, tanggung jawab tersebut bukan lagi berada pada tataran mahasiswa.

Seperti yang banyak saya sampaikan, perlu lebih dari sekedar berusaha, sehingga kualitas luaran mahasiswa meningkat. Salah satu yang dapat dilakukan dalam waktu dekat adalah memperbanyak jam terbang analisis mahasiswa dari pola penugasan di bangku kuliah, dan memperbanyak kesempatan mengikuti forum-forum ilmiah untuk mengasah kemampuan berfikir kritis mereka.

Comments

Anonymous said…
saya baru nyadar masih banyak kekurangan dari seminar tadi. Mdh2an giliran saya yang berikutnya lebih baik Pak..
Anonymous said…
Terima kasih atas infonya...

Popular posts from this blog

Nilai gizi pada jagung dan turunannya

Polemik Nata de Coco Berbahan Baku Pupuk Urea

Urun Rembuk Tentang Pengentasan Stunting