Industri Ekstraksi Herbal, Masa Depan Kaltim

Nama Pasak Bumi sangat tenggelam dibandingkan istilah Tongkat Ali yang dijadikan andalan oleh herbalis negeri tetangga. Tablet Tongkat Ali sejak beberapa tahun belakangan sudah beredar di seluruh penjuru dunia, dianggap sebagai Viagra alami yang lebih aman.

Pasak Bumi ini adalah satu contoh tanaman herbal yang bernasib menyedihkan di negeri sendiri, tetapi bersinar di dunia. Menurut Caniago dan Seibert (1998), setidaknya terdapat 237 tanaman berpotensi obat asal hutan tropis Kalimantan. Sedihnya, hanya 11% diantaranya yang masih bisa dikenali masyarakat. Modernisasi semakin mencabut unsur kearifan lokal, ditambah perusakan dan pembukaan hutan yang banyak memunahkan spesies-spesies berpotensi ekonomi tinggi.

Gambar: Contoh Tongkat Ali produksi Malaysia.

Pekan ini, Kaltim Summit digelar. Hampir semua pemangku kepentingan dan tokoh pembangunan hadir di forum ini. Diharapkan, semua datang dengan niat yang sama kuatnya untuk membangun Kaltim, tanah masa depan yang tidak lagi hanya tergantung kepada sumber mineral dan fosil.

Industri tanaman herbal berbasis kearifan lokal, seperti halnya pasak bumi yang sukses mendunia, masih jauh dari perhatian kita. Padahal, industri farmasi herbal termasuk industri yang tahan banting dan tidak terlalu terpengaruh krisis dunia. Berbagai argumentasi dapat mendukung pernyataan ini, seperti diidentifikasinya berbagai penyakit baru yang dengan sendirinya memerlukan jenis pengobatan baru. Masyarakat cenderung memanfaatkan ekstrak tanaman herbal untuk menjaga kesehatan dan vitalitas mereka. Riset obat-obat berbasis tanaman tradisional menjadi diperlukan, utamanya berfokus ke sumber-sumber lokal yang mudah didapat, diproduksi dan terjangkau masyarakat.

Dalam banyak kasus di industri farmasi kelas dunia, obat-obatan komersil kebanyakan berbahan baku senyawa-senyawa hasil ekstraksi dari tanaman tradisional yang telah dibuktikan kasiatnya secara klinis. Kembali ke Pasak Bumi, saya melihat lebih dari 20 publikasi di tingkat internasional yang mendukung klaim ekstrak komponen dalam pasak bumi sebagai aphrodisiac (senyawa peningkat libido). Lagi-lagi, hampir semua penelitian dilakukan oleh negeri-negeri tetangga.

Empat alasan pengembangan industri herbal

Semakin lama kita terlena, semakin banyak potensi kemakmuran bangsa yang lepas. Adalah saat yang tepat pada dekade ini untuk mulai mencanangkan industrialisasi tanaman herbal asli kalimantan dengan tiga dalih utama, pengetahuan yang semakin pudar, kepunahan tanaman akibat kerusakan ekologi, hilangnya identitas lokal, dan persaingan dari dunia luar.

Kredo utama dari pengetahuan adalah mewariskan ilmu bagi generasi mendatang. Saat ini pengetahuan akan tanaman tradisional berkhasiat obat menjadi langka dan dirahasiakan dari generasi ke generasi. Penelitian Caniago dan Seibert sepuluh tahun silam membukakan mata bahwa hanya dalam setiap pergantian generasi, hampir 40% pengetahuan lokal tidak berhasil diteruskan. Padahal, tidak ada lagi yang perlu dirahasiakan semenjak tahun 1931, saat missionaris Belanda, A. H. Klokke, menerbitkan buku identifikasi dan kasiat tanaman obat asal tanah Dayak. Orang-orang di luar semakin mempelajari dan paham, sementara dekadensi pengetahuan akan tanaman obat ini semakin tampak di masyarakat kita dari generasi ke generasi.

Masalah lainnya yang sangat signifikan adalah punahnya spesies-spesis tanaman obat akibat pembukaan hutan sebagai tambang-tambang ataupun bencana ekologi seperti kebakaran hutan. Tidak tampak ada motivasi keekonomian yang kuat untuk menjaga kelestarian hutan tradisional kita. Hutan tampak menjadi beban yang semakin lama semakin tidak menghasilkan. Upaya mengangkat tanaman obat tradisional akan mencoba mengatasi masalah ini. Masyarakat, didukung dengan pengetahuan ekstraksi modern, dapat memproduksi secara modern berbagai produk herbal yang dapat dijustifikasi klaim-klaimnya setelah dianalisis di laboratorium yang terpercaya.

Alasan ketiga, berkenaan dengan identitas masyarakat lokal yang ditentukan dari pengetahuannya akan lingkungan sekitarnya. Tanaman obat tradisional merupakan salah satu simbol harmonisasi manusia dengan lingkungannya. Sayangnya simbol-simbol ini semakin tergusur dengan simbol-simbol materialistik sesaat dan mudah dicapai, membuka tambang contohnya.

Negera-negara tetangga telah berlangkah-langkah lebih maju dalam menggarap potensi negeri kita untuk memperkaya mereka sendiri. Pasak bumi, yang saya jadikan contoh tetap disini, dijual dengan harga 50 dollar per 30 butir. Mudah sekali mengkalkulasi omset dan keuntungan dari produk yang dijual mendunia dengan berbagai nama ini. Ini baru satu jenis tanaman, kita masih punya tebar kedayang, bawang tiwai, akar kuning, dan 230an spesies lagi.

Memulai industri herbal

Membuat simplisia (bagian tanaman yang dikeringkan) adalah cara yang sangat tradisional dalam industri herbal. Cara seperti ini tidak lagi ampuh untuk bersaing di dunia modern. Begitu pula dengan klaim kasiat berdasarkan informasi turun-temurun. Kita memerlukan modernisasi industri herbal untuk mendapatkan dampak ekonomi positif yang lebih tinggi serta meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Industri herbal dimulai dengan mengkoleksi tanaman-tanaman obat setempat dalam sebuah kebun koleksi. Di lokasi tersebutlah, proses ekstraksi dan pemurnian parsial dilakukan. Masing-masing komponen berpotensi obat selanjutnya dianalisis untuk dikelompok-kelompokkan berdasarkan kasiat utamanya. Saat ini, primadona pengobatan beralih ke anti penuaan dini, anti kanker, peningkatan vitalitas, penyerapan racun, dan antibiotik (termasuk mengobati berbagai jenis virus flu).

Kita dapat bekerja sama dengan negara-negara maju sebagai partner yang setara. Kerjasama adalah unsur penting dalam menggapai standar dan pengakuan internasional secara cepat. Tentu saja, dalam kerja sama harus didefinisikan masalah IP (Intellectual Property) atau kekayaan intelektual secara memadai. Demikian, sehingga kita tidak dirugikan dalam tahapan komersialisasi obat-obatan herbal ini.

Penutup

Bila perhatian kita tertuju pada perkembangan Kaltim yang ingin semakin mandiri berdasarkan daya dukung lokal, tetap menjaga indentitas masyarakat, sekaligus menjaga kelestarian alam, industri farmasi herbal merupakan salah satu kandidat kuat untuk mencapai semua hal tersebut. Majulah Kaltim kita!

Comments

Popular posts from this blog

Nilai gizi pada jagung dan turunannya

Polemik Nata de Coco Berbahan Baku Pupuk Urea

Urun Rembuk Tentang Pengentasan Stunting