Posts

Showing posts from December, 2007

Kelinci Percobaan dalam Pendidikan

Konsep utama dalam pendidikan adalah menciptakan generasi yang lebih baik. Normatif ini tentu saja harus dijabarkan dalam kriteria-kritera yang lebih kuantitatif, misalnya kemampuan berbahasa, membaca, memahami, mengutarakan kembali dan merangkum informasi. Dalam tataran kemampuan berkomunikasi tersebut, tentu saja, diperlukan kesalihan berfikir dan obyektivitas. Parsialitas yang berangkat dari cita-cita, ide, hingga obsesi, tentu akan mempengaruhi pola bertutur baik lisan maupun non-lisan. Beberapa hal umum yang ditemui dalam pendidikan adalah ketidaksabaran pengajar. Banyak ditemukan sang Pengajar tidak mampu menyelami kemampuan anak didiknya, tidak mau mengerti bahwa setiap manusia adalah unik dalam menerima, menyerap, dan menyebarkan suatu ilmu. Kecenderungan ini menyebabkan timbulnya rasa kecewa dan marah kepada anak didik akan 'ketidakmampuan' dia dalam mengikuti pola pikir sang pengajar. Padahal, hampir semua kecenderungan manusia adalah 'berbuat untuk kebaikan&

Satu lagi kebiasaan yang perlu ditumbuhkan

Thank You Mengucapkan terima kasih merupakan budaya. Sebagaimana budaya-budaya lainnya, hal kecil ini tumbuh dari kebiasaan masyarakat. Apabila bangsa kita mengaku menganut asas ketimuran, seharusnya ungkapan menghargai orang lain lebih banyak dan lebih kreatif. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Selama menempuh pendidikan bertahun-tahun lamanya, kemudian mengamati adik, keponakan, hingga anak sendiri, kebiasaan mudah ini tidak pernah diajarkan di kelas-kelas. Hal yang sepele namun membekas dan akan memebentuk pola pikir ini sudah seharusnya ditanamkan tidak hanya di rumah, tetapi juga di sekolah. Banyak yang bilang bahwa keluarga merupakan landasan pertama pengajaran anak, tetapi saat ini, persentase anak diasuh bukan oleh orang tuanya semakin meningkat. Untuk itu, peranan sekolah juga sudah mulai mengambil porsi orang tua. Kebiasaan seperti memberikan ucapan atas hadiah dan penghargaan orang lain pun sebaiknya masuk dalam menu pengajaran. Tapi ini adalah keinginanku dan meny

Pilar Utama Peradaban Islam: Pangan Halal

Anton Rahmadi Food Technologist Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Mulawarman, Kalimantan Timur INDONESIA Disampaikan pada Diskusi “Menyambut Kembalinya Peradaban Islam” Minggu, 30 Desember 2007 Masjid al-Hijrah, Tempe, Sydney AUSTRALIA Pendahuluan Penyediaan pangan halal, bergizi, aman, dan bermutu tinggi sudah selayaknya menjadi pondasi utama tegaknya sebuah peradaban. Tugas fardhu kifayah ini sering terlupakan, padahal setiap manusia memerlukan pangan untuk kelangsungan hidupnya. Kenyataan ini sejalan dengan sabda Rasullullah SAW: “Akan datang pada manasia suatu zaman, seseorang tidak peduli terhadap apa yang dia ambil apakah yang halal atau yang haram.” (HR Bukhari). Mengingat pentingnya masalah pangan, setiap muslim seyogyanya mengerti dan memahami terminologi-terminologi dasar bidang ini sesuai dengan Al Qur'an dan Al Hadits. Konsep utama adalah makanan halal, haram, makruh, subhat, beserta hukum daruratnya. Selanjutnya, adapula terminologi thayyib, yang lebih mengacu