Membangun Universitas (11): Agen Revolusi Industri dan Inovasi

Tak lama waktu berselang dari paradigma Perguruan Tinggi (PT) 3.0, yaitu menumbuhkan sifat kolaboratif dan kreatif, PT saat ini mulai memasuki   paradigma ke 4.0, yaitu revolusi industri dan inovasi digital. Tentunya ini adalah tantangan yang besar. Saat ini,  paradigma 2.0 masih banyak dianut, yaitu PT berbasis keunggulan kompetitif.

Beda Paradigma PT 2.0, 3.0, dan 4.0

Menurut berbagai diskusi, luaran PT 2.0 ditandai dengan alumni yang memiliki kompetensi yang cukup untuk dapat bersaing dengan alumni-alumni dari luar negeri atau PT di tempat lain. Teori persaingan kompetensi selanjutnya dianggap lebih banyak memberikan efek negatif dibanding positif, diantaranya hanya berorientasi pada kerja dibandingkan membuka lahan usaha baru. Ini yang menyebabkan PT perlu bergeser dari konsep 2.0 menjadi 3.0.
Dalam paradigma 3.0, luaran PT dituntut untuk mampu memiliki kompetensi, kolaborasi, dan kreativitas. Alih-alih bersaing di pasar dunia kerja, lulusan PT diharapkan mampu mengembangkan wirausaha dan produk-produk kreatif. Kurikulum perlu didesain sedemikian rupa untuk menumbuhkan semangat kewirausahaan, diataranya dengan memberikan porsi penghargaan terhadap Program Kreativitas Mahasiswa dan prestasi dalam bidang-bidang peminatan yang ditawarkan.
Rupanya, paradigma 3.0 tidak bertahan hingga setengah dasawarsa. Kemristekdikti telah menelurkan paradigma baru bagi perguruan tinggi, yaitu PT 4.0 dengan titik berat luaran yang mampu membangun industri start-up (bersifat revolusioner dan inovatif). Ya, rupanya pemerintah sangat terinspirasi oleh keberhasilan start-up digital semacam Go-jek, Tokopedia, Traveloka, Fintech dan sejenisnya yang mendapat suntikan modal luar biasa besar dari investor dalam dan luar negeri. Atau bahasa kerennya "disruptive innovation".

Menuju Paradigma PT 4.0

Sangat banyak yang harus berubah dalam penyelenggaraan PT 4.0, diantaranya adalah kuliah-kuliah yang menumbuhkan imaginasi, memfasilitasi dan memupuknya dalam semangat kepercayaan, menerima hal-hal baru dengan tangan terbuka, dan berani untuk gagal.
Seorang alumni ITP IPB yang sukses membangun kerajaan bisnis maritim, Bapak Muhammad Najikh, pernah berkata: "dosennya dulu yang harus berubah dan berwirausaha". Artinya, semangat perubahan tidak akan mudah terwujud, kecuali pengajar yang mampu menjadi praktisi, dan melibatkan praktisi yang mampu mengajari.
Penelitian yang bersifat konvensional harus berkembang dengan menerima ide-ide inovatif, misalnya mengembangkan teknik analisis, meneliti sesuatu yang baru (inovatif), berani mengambil risiko untuk sesuatu yang baru, dan tentunya proses pembimbingan yang lebih egaliter. Contohnya: penelitian dengan kerangka tujuan akhir produk siap dipasarkan. Penelitian harus terus progresif, sehingga hal-hal baru, teknik-teknik analisis baru, dan jejaring kolaborasi terus berkembang.
Contoh lain dapat diambil di bidang kami, Teknologi Pertanian. Saat ini, suatu produk hanya dianalisis kandungan gizinya, penerimaan organoleptiknya, dan keamanan dari ancaman fisik dan mikrobanya. Ke depan, produk tersebut perlu dipatenkan, disiapkan perizinan, diluncurkan dan dipantau kesuksesan di pasar, diperbaiki terus menerus dan dikembangkan, sehingga produk tersebut dapat hits di pasar. Artinya satu set penelitian harus dimulai dari hulu (bahan baku), proses produksi, penanganan transportasi, dan hilir (perizinan dan pemasaran).
Konsep sederhana dalam inovasi yang diinginkan di PT 4.0 adalah ATMP: ambil, tiru, modifikasi, dan pasarkan. Demikian, sehingga kopi, kelapa sawit, lada, dst dapat menjadi "fakultas riset". Bahasa jargonnya, "go global with local commodity". Dalam konsep PT 4.0 adalah komoditas sederhana menjadi titik inovasi yang merevolusi industri lokal. Tujuan akhir bagi pemerintah adalah peningkatan ekonomi masyarakat. Sementara, tujuan akhir bagi PT adalah lulusan yang berani bertarung, berani berinvestasi, berani berhasil dengan mengembangkan ide-ide yang berbasis sumber daya lokal. 

Comments

Popular posts from this blog

Nilai gizi pada jagung dan turunannya

Polemik Nata de Coco Berbahan Baku Pupuk Urea

Urun Rembuk Tentang Pengentasan Stunting