Procrastinate
Semester ini saya mengajar hanya di tiga kelas (tapi juga mengasuh 4 praktikum!). Semuanya berkaitan dengan Engineering dan penuh dengan hitungan.
Seperti biasa, saya selalu memberikan tugas pada minggu ke-2, dan kuis di minggu ke-4/5 (itu artinya minggu depan!). Dan seperti semester-semester sebelumnya, tugas-tugasnya biasanya dikumpulkan bersamaan dengan kuis, karena pada minggu ke-5/6 akan ada tugas ke-2 yang dikumpulkan di minggu terakhir (minggu ke-8).
Sudah menjadi kebiasaan pula, mahasiswa-mahasiswa selalu menunda (procrastinate) mengerjakan tugas hingga hari-hari terakhir menjelang tugas dikumpulkan. Padahal, saya merancang tugas tersebut optimal dikerjakan dalam waktu 1 minggu. Seperti apa tugasnya? Ya, setiap tugas selalu saya berikan literatur sebanyak 20-an lembar (dan semuanya bahasa Inggris!). Mahasiswa-mahasiswa saya biasanya alergi sama baca literatur. Jadi saya beri saja yang banyak sekalian... :)
Langkah selanjutnya tergantung kelas-nya. Kalau mahasiswa tingkat-2 biasanya hanya menyarikan (membuat rangkuman) sekitar 25% dari panjangnya literatur. Mahasiswa di tingkat-3 dan 4 sedikit lebih repot lagi. Mereka harus memecahkan sebuah kasus atau memberikan pendapat kritis atas literatur-literatur yang diberikan.
Tentu saja, ground rule-nya adalah tidak boleh nyontek punya temannya apalagi copy-paste dari internet. Yang termasuk dua kategori ini, assignmentnya akan dikembalikan untuk dikerjakan ulang.
Lantas, apakah penyakit sering menunda pengerjaan tugas menjadi sembuh dengan pola penugasan demikian? Tidak juga. Akhir-akhir ini saya melihat (terutama yang tingkat-4) sudah mulai malas-malasan mengerjakan tugas. Jadi, mungkin baik kalau tugasnya ditambah saja, supaya sindrom procrastinate-nya bisa sembuh.
Seperti biasa, saya selalu memberikan tugas pada minggu ke-2, dan kuis di minggu ke-4/5 (itu artinya minggu depan!). Dan seperti semester-semester sebelumnya, tugas-tugasnya biasanya dikumpulkan bersamaan dengan kuis, karena pada minggu ke-5/6 akan ada tugas ke-2 yang dikumpulkan di minggu terakhir (minggu ke-8).
Sudah menjadi kebiasaan pula, mahasiswa-mahasiswa selalu menunda (procrastinate) mengerjakan tugas hingga hari-hari terakhir menjelang tugas dikumpulkan. Padahal, saya merancang tugas tersebut optimal dikerjakan dalam waktu 1 minggu. Seperti apa tugasnya? Ya, setiap tugas selalu saya berikan literatur sebanyak 20-an lembar (dan semuanya bahasa Inggris!). Mahasiswa-mahasiswa saya biasanya alergi sama baca literatur. Jadi saya beri saja yang banyak sekalian... :)
Langkah selanjutnya tergantung kelas-nya. Kalau mahasiswa tingkat-2 biasanya hanya menyarikan (membuat rangkuman) sekitar 25% dari panjangnya literatur. Mahasiswa di tingkat-3 dan 4 sedikit lebih repot lagi. Mereka harus memecahkan sebuah kasus atau memberikan pendapat kritis atas literatur-literatur yang diberikan.
Tentu saja, ground rule-nya adalah tidak boleh nyontek punya temannya apalagi copy-paste dari internet. Yang termasuk dua kategori ini, assignmentnya akan dikembalikan untuk dikerjakan ulang.
Lantas, apakah penyakit sering menunda pengerjaan tugas menjadi sembuh dengan pola penugasan demikian? Tidak juga. Akhir-akhir ini saya melihat (terutama yang tingkat-4) sudah mulai malas-malasan mengerjakan tugas. Jadi, mungkin baik kalau tugasnya ditambah saja, supaya sindrom procrastinate-nya bisa sembuh.
Comments
He3x..
habis sy nulis comment ini, temen2 udah nungguin di depan warnet mw gebukin saya..
1. tambah aja tugasnya kalo deadlinenya dilanggar.
2. bapa terlalu baik sih tidak ada ancaman yang lebih serius, tidak lulus ke',nilai dibawah standar ke'...hehehe...
selamat mencoba...